Bukit Kujau Di Kalimantan Barat

Bukit Kujau Di Kalimantan Barat

Imagine an orchid forest with more than 45 different species including dancing and dragon scale varieties, sambas breeding deer, flying fox, short- and long-tailed macaque birds, wild boar and 40-meter-high, 150-year-old bangkirai trees. A forestry student’s dream come true and a native bird-watcher’s paradise.

And now it’s accessible to those of us without hiking boots.

This is one of the world’s most beautiful virgin conservation forests — and it is at Jakarta’s front door, in East Kalimantan. It is the Bukit Bangkirai forest and conservation parkland, located in Samboja district, Kutai Kartanegara regency.

There are three roads that lead to this incredible 1,500-hectare wonderland as well as wide-ranging accommodation to suit just about anyone.

Bukit Bangkirai forest is internationally recognized yet still one of Indonesia’s best kept tourism secrets.

It boasts various species of hardwood trees — including the bangkirai tree (Shorea laevis), which can survive for more than 150 years and will usually grow as high as 50 meters.

Bukit Bangkirai is a tropical rainforest and natural monument, and home to other woods including ulin (Eusideroxylon Zwageri), blackwood or ebony (Ebenaceae), red meranti (Shorea smithiana), kempas (Koompassia malaccensis) and kruing (Dipterocarpus).

A two-ha area within the forest has been intentionally filled with jungle fruit tree species in a bid to preserve the mangosteen (Garcinia mangostana), the durian family, including lai (Durio kutejensis), and the mentega (magarine) fruit (Diospyros).

Bukit Bangkirai’s orchid forest provides orchid lovers with the opportunity to feast their eyes on a collection consisting of 45 species, including the black orchid (Coelegyne pandurata), sugarcane orchid (Grammatophyllum speciousum), dragon scale orchid (Cymbidium antropurpureum) and dancing orchid (Bromheadia fynlaysoniana).

A 3.5-ha breeding ground for deer from the sambas family (Corvus unicolor) was cleared but sadly locals today say it has been neglected for too long and is now overgrown with underbrush.

“I’m not sure when, but the deer breeding activities stopped long ago,” said Nyoman Suterini, owner of a food stall in the area. Nevertheless, there are plenty of other animals to be found in the area, including the owa owa (Hylobates muelleri), short-tailed macaque (Macaca nemestrina), red long-tailed monkey (Presbytus rubicunda), the long-tailed macaque (Macaca fascicularis), wild boar and flying fox.

One of Bukit Bangkirai’s most infamous attractions is its bridge that connects five large trees, better known as the “Canopy Bridge“.

The bridge is suspended 30 meters from the ground and stretches a total of 64 meters in length. It is made of bangkirai timber laths, bound by steel cables and secured by a 1.5-meter safety net on both sides.

But when the late afternoon wind starts to howl, locals say the bridge will do all it can to frighten the very daylights out of those visitors using it and even passers-by.

“When I was up on the canopy bridge, I yelled my heart out not because I was afraid but too excited,” said Japanese student Takeshi Arizono, 29, an alumnus from the forestry school at Mulawarman University in Samarinda.

“My friends and I had a great time … it was my first time on such a bridge.

“The place is terrific and very suitable to conduct a research project,” Takesi said.

As a specialized forestry student, Takesi was investigating the rattan plant and was accompanied by a junior from the Nihon University who was attending comparable studies on the bangkirai tree, the dominant tree species in the area.

“I’ve also seen a bangkirai tree which is 150 years old and 40 meters tall here,” said Takeshi.

Visitors can choose to stay overnight in one of the four fully-equipped cottages built of ulin timber. Tariffs at the time of writing ranged from Rp 350,000 to Rp 450,000 per day.

“The check-out time is more flexible here, unlike hotels in the cities,” said Ommeng from the Bukit Bangkirai resort area. “And the number of guests staying in a room is unlimited.”

For those who really want to blend in with the natural surroundings, the resort also offers a camping ground with tents and camping space for rent.

“The fee for a camping space is set at Rp 45,000 per day, which is the same price as hiring an eight-person tent,” said Ommeng. “And a four-person tent is rented for Rp 25,000 per day.”

Others who want to enjoy the cool night air of Bukit Bangkirai can try the outbound barracks.

The price here can be as high as Rp 1.5 million per day, but the barracks can accommodate up to 100 people and the area is suitable to hold reunions, workshops and other activities that involve a crowd.

Getting to and from the forest involves either a simple a 58-km drive from Balikpapan, a 150-km drive from Samarinda or a 150-km drive from Tenggarong.

The park is managed by state-run forestry company PT Inhutani and charges entrance fees for visitors and vehicles — Rp 2,000 (approximately 22 US cents) for adults and motorcycles and Rp 1,000 for those below the age of 12.

The entrance fee for a car is Rp 5,000, while buses are charged Rp 10,000.

A group of 50 people or more can receive a 25 percent discount on the entrance fee and a group of more than 100 people can get a 50 percent discount.

Hari Kerja:Monday: 7:00 AM – 9:00 PMTuesday: 7:00 AM – 9:00 PMWednesday: 7:00 AM – 9:00 PMThursday: 7:00 AM – 9:00 PMFriday: 7:00 AM – 9:00 PMSaturday: 7:00 AM – 9:00 PMSunday: 7:00 AM – 8:00 PM

7 Rekomendasi Wisata Kuliner di Kalimantan Barat, Ingin Coba?

Apakah Kawan sedang merasakan kuliner yang baru? Ada salah satu daerah yang menyajikan wisata kuliner dengan rasa enak dan khas. Yap, dia adalah Kalimantan Barat. Selain wisata alamnya, Kalimantan Barat juga terkenal dengan wisata kuliner, lo. Kira-kira apa saja wisata kuliner yang ada di Kalimantan Barat?

Rekomendasi Wisata Kuliner di Kalimantan Barat

Kalimantan Barat memang menyajikan berbagai makanan khas. Dengan rasanya enak, pastinya bikin liburan Kawan jadi memorable. Seperti apa makanan khasnya?

Bubur Pedas khas Kalimantan Barat. | Sumber: pariwisataindonesia.id

Mungkin, Kawan akan mengira bahwa makanan khas Kalbar ini memiliki rasa pedas. Padahal, bubur pedas ini sebenarnya memiliki rasa yang gurih dan tidak pedas, lo. Diketahui, bubur dengan panggilan Bubbor Paddas ini mencampurkan berbagai sayur dan rempah-rempah yang khas.

Beberapa sayuran yang sering digunakan pada makanan khas ini adalah kangkung, daun pakis, daun kunyit, jagung, dan daun kesum. Untuk rempah-rempahnya, bubur pedas menggunakan lada hitam, bawang putih dan merah, tulang, daun salam, dan tetelan. Ditambah, bubur ini dipadukan dengan suatu kaldu sapi yang lezat dan bergizi. Apakah Kawan ingin mencicipinya?

Kwetiaw Apollo yang terkenal di Kalimantan Barat. | Sumber: phinemo.com

Ada wisata kuliner yang terkenal di Kalimantan Barat. Yap, wisata tersebut bernama Kwetiau Apolla. Kuliner ini memang sangat terkenal di Kalimantan Barat, khususnya daerah Pontianak.

Ditambah, kedai Kwetiau Apolla sudah berdiri sejak 1968. Tentunya cita rasa yang terus dipertahankan akan membuat masyarakat ternostalgia. Diketahui, kwetiau apollo memiliki cita rasa manis dengan paduan cuka ikan dan kecap manis. Terdapat sambal spesial yang bikin Kawan tidak sabar mencicipinya.

Untuk lokasinya, Kawan bisa mengunjungi Jl. Patimura No. 63 Darat Sekip, Kota Pontianak. Apakah Kawan ingin mengunjungi dan mencicipi wisata kuliner ini?

Menu Burung Punai khas Kalbar. | Sumber: tagar.id

Apakah Kawan ingin mencicipi daging burung di Kalimantan Barat? Yap, Kawan bisa kunjungi wisata kuliner dengan membawa menu andalan, yakni burung punai. Ternyata, kuliner ini hanya ada di daerah Kalimantan Barat.

Pada intinya, burung punai hampir mirip dengan burung melati. Perbedannya adalah bulu burung punai berwarna hijau dan paruh berwarna merah. Masakan dari bahan burung punai biasanya diolah dengan cara dibakar atau digoreng.

Oh iya, salah satu wisata kuliner terkait burung punai ini, Kawan bisa kunjungi Jl. Raya Peniti, Pontianak. Restoran ini bisa Kawan kunjungi sekitar pukul 09.00 - 23.00 WIB.

Kerupuk basah menjadi camilan khas bagi masyarakat sekitar sungai Kapuas. | Sumber: kabarbaru.co

Jika Kawan berkunjung ke Kalimantan Barat, jangan lupa berkunjung ke kedai makanan yang menjual kerupuk basah. Pada umumnya, makanan khas Kalimantan Barat ini biasa tersaji sebagai camilan masyarakat sekitar sungai Kapuas.

Diketahui, kerupuk basah diolah dengan cara dikukus atau digoreng. Perbedaan dengan kerupuk lainnya, kerupuk basah disajikan dengan sambal kacang. Selain itu, kerupuk basah ini berasal dari ikan, yakni tenggiri atau belida. Lalu, ikan tersebut diolah dengan campuran sagu. Sekilas mirip pempek, ya.

Chai Kwe yang merupakan makanan asal Tionghoa dan terkenal di Kalimantan Barat. | Sumber: tukangjalanjalan.com

Chai Kwe atau kue Chai merupakan kue asal Tionghoa. Namun, sangat terkenal di Bangka Belitung dan Kalimantan Barat. Sekilas bentuknya seperti kroket atau pastel, ya.

Nah, kalau kroket dan pastel itu digoreng, chai kwe diolah dengan cara dikukus. Isian dari chai kwe cukup beragam, seperti kucai, talas, dan bengkuang. Ditambah, terdapat topping bawang goreng dan sambal cocolan yang pedas. Pokoknya cocok sekali ketika Kawan butuh hidangan penutup.

Lek Tau Suan yang cocok menjadi hidangan utama saat siang hari. | Sumber: ksmtour.com

Nama makanan dengan unsur Tionghoa ini menjadi wisata kuliner di Kalimantan Barat. Namanya adalah Lek Tau Suan. Jika diterjemahkan, lek tau suan berarti butiran mutiara kacang hijau.

Pada intinya, lek tau suan merupakan makanan yang terbuat dari kacang hijau, lalu dimasak dengan kuah bening yang terbuat dari campuran tepung tapioka, gula, dan daun pandan. Makanan ini cocok dinikmati bersama cakwe atau gorengan.

Bakmi Kepiting dengan paduan rasa yang berbeda dari bakmi lainnya. | Sumber: misterpangalayo.com

Siapa yang ingin mencicipi kepiting? Bagaimana jika kepiting dicampurkan dengan bakmi yang lezat? Wah, perpaduan tersebut menjadi makanan terkenal di Kalimantan Barat dengan nama bakmi kepiting.

Biasanya bakmi memiliki topping sawi, bakso, dan potongan daging ayam. Namun, topping yang digunakan pada makanan khas ini adalah kepiting. Kawan bisa merasakan tekstur mi yang kenyal dan rasa seafood dalam kepiting. Salah satu gerai rekomendasi yang menyediakan bakmi kepiting adalah Bakmie Kepiting Ju Hui yang berlokasi di Jl. Budi Karya No.7-8, Pontianak.

Itulah beberapa rekomendasi wisata kuliner di Kalimantan Barat. Jika Kawan ada rekomendasi kuliner lain di Kalimantan Barat, boleh untuk cantumkan di kolom komentar, ya.

Referensi: celebes.co | gramedia.com | sayurbox.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Rangkong Gading. Foto: Rangkong Indonesia/Yoki Hadiprakarsa

Makanan utama rangkong gading sangat spesifik, berupa buah beringin atau ara berukuran besar. Hanya hutan yang belum rusak yang dapat menyediakan pakan ini dalam jumlah banyak sepanjang tahun. Makanan lain berupa binatang-binatang kecil hanya dikonsumsi sekitar 2 persen dari keseluruhan komposisi makanannya.

Sama seperti semua jenis burung enggang, Rangkong gading hanya memiliki satu pasangan selama hidupnya (monogami). Setelah menemukan lubang sarang yang tepat, sang betina akan masuk dan mengurung diri.

Butuh sekitar 180 hari bagi rangkong untuk menghasilkan satu anak. Bersama rangkong jantan, lubang sarang akan ditutup menggunakan adonan berupa tanah liat yang dibubuhi kotorannya. Celah sempit disisakan pada lubang penutup untuk mengambil hantaran makanan dari sang jantan, dan juga untuk menjaga suhu dan kebersihan di dalam sarang.

Di dalam sarang, sang betina akan meluruhkan sebagian bulu terbangnya (moulting) untuk membuat alas demi menjaga kehangatan telur. Burung betina tidak akan dapat terbang dan bergantung sepenuhnya pada sang jantan, sampai sang anak keluar dari sarang. Tahap bertelur, mengerami, menetas, sampai anak siap keluar dari sarang membutuhkan waktu selama enam bulan.

Setiap tahunnya habitat rangkong gading di Indonesia yang berupa hutan tropis dataran rendah sampai perbukitan menghilang. Kondisi ini diperburuk dengan perburuan yang semakin meningkat dalam 5 tahun terakhir. doc/Rangkong Indonesia

Poonswad, dalam bukunya Ecology and Conservation menyatakan bahwa terdapat lima tahapan proses bersarang pada rangkong yaitu:

Pertama, tahap pre-nesting yaitu periode perkawinan. Ditunjukkan dengan usaha menemukan sarang (termasuk mengunjungi sarang) sebelum betina terkurung, berlangsung antara satu sampai tiga minggu.

Kedua, tahap pre-laying yaitu masa betina mulai terkurung sampai peletakan telur pertama, selama satu minggu. Periode aman bagi rangkong untuk mengeluarkan telurnya.

Ketiga, tahap egg incubation yaitu masa peletakkan telur pertama sampai telur pertama menetas, selama enam minggu. Pada Kangkareng perut putih hanya berlangsung selama empat minggu.

Keempat, tahap nesting yaitu masa dari induk betina keluar dari sarang (lobang sarang ditutup kembali) hingga anak memiliki bulu lengkap dan siap untuk terbang, berlangsung selama 8 - 13 minggu.

Kelima, tahap fledging yaitu masa dari pemecahan penutup sarang sampai semua anak keluar, memerlukan waktu dari hitungan beberapa jam hingga dua minggu, jika anak lebih dari satu.

Hilangnya hutan sebagai habitat utama, minimnya upaya konservasi, dan maraknya perburuan adalah perpaduan mengerikan bagi masa depan Rangkong Gading. Berbagai jenis pohon beringin yang menyediakan makanan utama bagi Rangkong Gading dianggap tidak memiliki nilai ekonomis sehingga keberadaannya tidak pernah diharapkan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P 57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018 kelompok enggang dikategorikan sebagai satwa prioritas tinggi di antara kelompok burung, terutama rangkong gading (Rhinoplax vigil) yang merupakan spesies prioritas di antara kelompok enggang.

Mengingat tingginya ancaman perburuan dan perdagangan di masa lampau, konvensi internasional untuk perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam (CITES) sudah memasukkan rangkong gading ke dalam Appendix I semenjak tahun 1975.

Di Indonesia sendiri, mengingat fungsi ekologisnya yang sangat penting, semua jenis enggang dalam famili Bucerotidae dilindungi oleh UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1990.

Pada tahun 2015, status konservasi rangkong gading di tingkat internasional mengalami perubahan di mana yang semula terancam punah (Near Threatened) menjadi kritis (Critically Endangered), yang merupakan status konservasi terakhir sebelum punah (Extinct). doc/Rangkong Indonesia

Pada tahun 2015, status konservasi rangkong gading di tingkat internasional mengalami perubahan di mana yang semula terancam punah (Near Threatened) menjadi kritis (Critically Endangered), yang merupakan status konservasi terakhir sebelum punah (Extinct).

Burung rangkong gading (Rhinoplax vigil) adalah ikon konservasi dari hutan tropis di Asia. Suaranya yang khas dan keras dapat terdengar di hutan-hutan tropis di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, kemudian sebelah selatan Thailand dan Myanmar, Semenanjung Malaysia. Burung enggang berukuran besar ini memiliki peranan penting secara ekologis dan budaya, namun kondisinya kini mendekati kepunahan.

Sebagai pemakan buah terbesar di antara jenis spesiesnya, burung ini secara ekologis berperan penting dalam menjaga dinamika hutan tropis yaitu melalui pemencaran biji dari buah yang dimakannya. Seperti jenis enggang di Asia lainnya, untuk berbiak, rangkong gading membutuhkan lubang pohon yang alami terbentuk dengan ukuran yang sangat spesifik. Rangkong gading sedikitnya membutuhkan 6 bulan untuk berkembang biak dan menghasilkan seekor anak.

Rangkong gading juga memiliki nilai budaya penting untuk masyarakat Indonesia, khususnya untuk masyarakat suku Dayak di Kalimantan. Di Provinsi Kalimantan Barat, burung ini merupakan simbol kebanggaan provinsi yang melambangkan keberanian dan keagungan Suku Dayak yang masih banyak mendominasi di provinsi paling barat pulau Kalimantan. Di provinsi paling selatan pulau Sumatera, rangkong gading memiliki nilai budaya yang melambangkan keagungan dan kepemimpinan bagi masyarakat pribumi Provinsi Lampung.

Dalam keluarga enggang, famili Bucerotidae, hanya rangkong gading yang memiliki balung (casque) yang besar dan padat di bagian atas paruhnya. Bagian padat dari balungnya terbentuk dari materi keratin yang umum disebut sebagai gading rangkong. Dengan karakteristik unik perpaduan warna kuning lembayung dan merah dengan tingkat kekerasan lebih lunak daripada gading gajah, gading rangkong menjadi incaran untuk dijadikan hiasan semenjak abad ke-14.

“Namun, informasi mengenai perburuan dan perdagangan rangkong gading sangatlah minim,” ungkap Yoki sapaan akrab Yokyok Hadiprakarsa dari Rangkong Indonesia dalam media workshop Rangkong Gading dan Arwana Red, yang digelar Yayasan Kehati, TFCA Kalimantan dan SIEJ, Rabu 28 Agustus 2019 di Jakarta.

Temuan 6000 burung mati dalam Investigasi 2013 di Kalimantan Barat. doc/Rangkong Indonesia

Yoki menjelaskan, setiap tahunnya habitat rangkong gading di Indonesia yang berupa hutan tropis dataran rendah sampai perbukitan menghilang. Kondisi ini diperburuk dengan perburuan yang semakin meningkat dalam 5 tahun terakhir. Pada tahun 2012-2013 di Kalimantan Barat, 6000 rangkong gading dewasa mati dan diambil kepalanya.

Temuan ini juga didukung dengan penyitaan 1291 paruh gangkong gading dalam rentang tahun 2012-2016 oleh pihak berwenang di Indonesia, di mana sebagian besar barang yang disita berasal dari Kalimantan Barat. Untuk burung yang memiliki perkembangbiakan yang lambat seperti rangkong gading, yang hanya menghasilkan satu anakan per tahun, perburuan dapat memberi dampak yang besar terhadap keberlangsungan populasinya di alam.

Sebanyak 72 paruh rangkong gading yang hendak diselundupkan pelaku TLC ke Hong Kong digagalkan petugas Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Foto: KLHK/BKSDA Jakarta

Lemahnya Pengawasan dan Maraknya Perburuan

Rabu 17 Juli 2019 lalu, pukul 05.00 WIB. Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Jakarta bersama Aviation Security [Avsec] dan Balai Karantina Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, menggagalkan penyelundupan 72 paruh burung rangkong gading [Rhinoplax vigil]. Seorang wanita inisial TLC [48 tahun] diamankan bersama barang bukti kejahatan tersebut yang hendak dibawa ke Hong Kong.

“Ini komitmen KLHK menindak kejahatan tumbuhan dan satwa liar melalui kolaborasi dan sinergi sejumlah pihak,” terang Dirjen Penegakan Hukum KLHK Rasio Ridho Sani dalam keterangan tertulis

Modus operandinya membungkus paruh rangkong dengan kertas alumunium foil, lalu dimasukan dalam kaleng biskuit. Kemudian, disamarkan dengan biskuit di atasnya. Enam kaleng itu dimasukkan dalam sebuah tas jinjing besar biru.

“Saat pemeriksaan, petugas mencurigai isinya. Setelah diperiksa isinya 72 paruh rangkong gading. Atas temuan itu, petugas Avsec dan Karantina melaporkan ke BKSDA DKI Jakarta, lalu pelaku beserta barang bukti diserahkan ke Balai Gakkum Jabalnusra Seksi Wilayah I Jakarta untuk penyidikan,” katanya.

“Upaya pengamanan dan pemantauan aktivitas perdagangan satwa liar dilindungi di bandara, pelabuhan, dan terminal bus terus ditingkatkan untuk mencegah peredaran ilegal tumbuhan dan satwa liar dilindungi,” terang Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan Ditjen Gakkum, Sustyo Iryono.

Sustyo mengatakan, TLC sudah ditetapkan sebagai tersangka. Penyidik bersama Polda berkoordinasi untuk melakukan penahanan. “Yang bersangkutan mengaku sebagai kurir,” paparnya.

Jalur penjualan Rangkong Gading. doc/Rangkong Indonesia

Desa Wisata Jeruju Besar merupakan wisata kolaborasi dan integrasi dari berbagai tempat wisata yang ada di Desa Jeruju Besar yang mengangkat tema wisata Rekreasi dan edukasi yang terdiri dari:

1. Wisata Equator park

Memiliki Unggulan daya tarik pengunjung dengan Fenomena Sunset yang terjadi di setiap Senja, juga ada pohon kelapa bercabang sembilan yang masih dapat disaksikan secara langsung oleh mata pengunjung, Kawasan Equator Park juga dilintasi oleh gari 0 derajat Garis Lintang Khatulistiwa (garis yang membelah bumi menjadi 2 bagian) juga dapat kita lihat aktivitas langsung oleh nelayan sekitar.

2. Wisata Pokdakan Karya Baru

Merupakan Tempat Budidaya ikan yang mengelola pakan ikan sendiri untuk mensuplay kebutuhan pakan oleh Desa bahkan untuk dipasarkan secara umum, terdapat camping ground keluarga yang ingin menikmati santai sambil memancing di perkolaman yang sudah di siapkan, juga dapat langsung belajar pengolahan pakan ikan langsung dari ahlinya, juga disediakan area panahan bagi wisatawan yang hobi memanah atau ingin belajar memanah.

-Maqam Habib muhammad bin Abdullah Al Muthamar

-Pondok Pesantren Mu'inul Islam yang memiliki taman anggur dengan banyak jenis anggur tentunya, disini wisatawan dapat secara langsung menikmati anggur langsung dari pohonnya, dan dengan suasana santri yang tentunya membuat wisatawan terlarut dalam ketenangan dan ketentraman, juga memiliki kolam kolam budidaya ikan air tawar.

4. Agro Wisata Rekadena

Merupakan destinasi wisata untuk keluarga yang memiliki pelayan yang juga lengkap tentunya, dengan konsep taman dan juga wisata edukasi, menyediakan fasilitas seperti penginapan, camping ground, flying fox, rope brodge,restoran, panahan, sampan, kolam pemancingan, spot foto.

Dengan menyediakan beberapa destinasi wisata dapat memberikan pendapatan ekonomi  kepada setiap masyarakat Desa Jeruju Besar, Desa Jeruju Besar juga memiliki Pasar Tradisonal sebagai Atraksi wisatawan secara langsung berbelanja keperluan untuknya sendiri sehingga dapat memilih sesuai kemauan wisatawan.

Juga dapat mengelilingi desa dengan suasana sore menggunakan sepeda sambil melihat aktivitas harian masyarakat seperti pengolahan kelapa dll..