Dalang G30S Pki Adalah

Dalang G30S Pki Adalah

Teori Dalang Peristiwa G30S PKI

Sejarawan Benedict Anderson dan Ruth McVey berpendapat jika G30S berasal dari konflik internal AD. Gerakan ini dinilai sebagai pemberontakan para perwira muda angkatan darat di Jawa Tengah yang muak atas gaya hidup dan orientasi politik pro-Barat para jenderal di Jakarta.

Para perwira muda itu memandang staf umum di bawah Ahmad Yani terlibat korupsi dan mengabaikan bekas anak buah mereka. Ahmad Yani dan sejumlah jenderal lain merupakan mantan perwira Kodam Diponegoro Jawa Tengah.

Selain itu, para jenderal juga terus menentang dan menghalangi kebijakan Sukarno. Selain Benedict Anderson dan Ruth McVey, ilmuwan politik Harold Crouch pun mengatakan jika menjelasan jelang 1965 angkatan darat terpecah jadi dua faksi. Kedua faksi ini sama-sama anti-PKI, tetapi memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi Presiden Sukarno.

Faksi pertama dipimpin AhmadYani dan loyal terhadap Sukarno, tetapi menentang kebijakan persatuan nasional denganPKI di dalamnya. Faksi kedua adalah penentang kebijakan AhmadYani danSukarnoisme, di dalamnya terdapat A.H.Nasution dan Mayor Jenderal Soeharto.

Peter Dale Scott dan Geoffrey Robinson selaku akademisi berteori jika G30S PKI merupakan ulah dari Central Intelligence Agency (CIA) atau badan intelejen Amerika Serikat. Teori mereka mengungkapkan kekhawatiran Amerika Serikat atas kemungkinan jatuhnya Indonesia ke dalam kekuasaan komunis.

Pada masa itu memang PKI sedang berkembang pesat. Untuk menghancurkan PKI dan menggulingkan Sukarno, CIA disebut membantu AD dan memberi dana pada mereka.

Teori ini dikemukakan oleh Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, sebagaimana disampaikan melalui buku mereka yang bertajuk Tragedi Nasional: Percobaan Kup G 30 S/PKI di Indonesia (1968). Menurut teori tersebut, para tokoh PKI bertanggung jawab dalam mengatur peristiwa G30S.

PKI dipandang memanfaatkan unsur-unsur tentara guna melancarkan kudeta. Beragam aktivitas dan aksi PKI pada 1956 sampai 1965 juga menjadi dasar atas teori ini.

Nugroho pernah menjabat Kepala Pusat Sejarah Militer ABRI, dengan pangkat tituler brigadir jenderal. Ia juga pernah dipercaya Soeharto menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 1983-1985. Saat menjadi menteri, Nugroho memasukkan mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) dalam kurikulum 1984.

Dalang dari Gerakan G30S PKI

Berikut beberapa tokoh yang diduga menjadi dalang dari gerakan G30S PKI yang dikutip dari buku 30 Tahun Angkatan Bersenjata Republik Indonesia 1976.

Dipa Nusantara Aidit atau yang dikenal dengan nama D.N Aidit adalah tokoh yang diduga menjadi dalang utama dari G30S PKI. Sebab, kala itu ia menjadi Ketua Umum Comite Central PKI.

Selain itu, usai kejadian G30S PKI terkuak, D.N Aidit melarikan diri dari Jakarta ke Solo, Jawa Tengah. Begitu juga dengan beberapa tokoh lain yang diduga terlibat dengan gerakan tersebut.

Kendati begitu, mulanya Presiden Soekarno tidak memberi tindakan hukum terhadap D.N Aidit. Sebaliknya, Presiden Soekarno justru memberi tanggapan positif terhadapnya ketika mengetahui bahwa D.N Aidit mengirim surat dari persembunyiannya.

Namun, Presiden Soekarno disebut memberi kuasa kepada TNI untuk menumpas PKI. Maka dari itu, Mayor Jenderal TNI Soeharto menyatakan bahwa G30S didalangi oleh PKI dan melakukan operasi militer untuk menumpas PKI di daerah-daerah.

Ketika Soeharto naik menjadi Presiden ke-2 Indonesia, PKI dinyatakan secara resmi menjadi dalang G30S dan D.N Aidit dituduh sebagai dalang gerakan tersebut.

D.N Aidit pun ditangkap dan diberi hukuman berupa eksekusi mati oleh beberapa anggota militer di sebuah sumur tua di belakang markas TNI di Boyolali, Jawa Tengah.

Selain D.N Aidit, tokoh PKI lain yang juga menjadi dalang G30S adalah Ketua Biro Khusus PKI Syam Kamaruzaman. Ia dituduh menjadi bagian dari pemberontakan karena memimpin biro khusus.

Kala itu, biro khusus yang dipimpinnya merupakan organisasi rahasia di PKI yang bertujuan untuk merancang dan mempersiapkan gerakan pemberontakan.

Salah satu strateginya adalah dengan menyusup ke internal TNI. Kemudian, menebarkan pengaruh ke kelompok tentara yang berhaluan kiri.

Maka dari itu, Syam Kamaruzaman juga ditangkap oleh TNI di tempat persembunyiannya usai G30S PKI terkuak. Ia ditangkap di Cimahi, Jawa Barat pada 9 Maret 1967.

Ia pun dijatuhkan hukuman pidana hingga ke meja hijau. Di pengadilan, ia mengaku bahwa G30S PKI adalah pemberontakan di bawah perintah D.N Aidit dan ia juga terlibat.

Syam Kamaruzaman pun dijatuhi hukuman mati sampai akhirnya dieksekusi pada 1986.

Kritik Dalang Versi Orde Baru

Para sejarawan khususnya yang mengkritisi narasi sejarah resmi Orde Baru baik itu di Sejarah Nasional Indonesia (SNI) maupun  di buku putih Gerakan 30 September 1965 Pemberontakan Partai Komunis Indonesia: Latar Belakang Aksi dan Penumpasannya, berpendapat bahwa penambahan PKI di belakang G30S merupakan salah satu bentuk stigmatisasi PKI sebagai aktor utama gerakan yang dicap sebagai pemberontakan tersebut.

Stigmatisasi dan labeling PKI sebagai pengkhianat atau pemberontak, hanyalah suatu pembenaran terhadap aksi-aksi kekerasan dan diskriminasi terhadap orang yang dituduh sebagai PKI bahkan kepada anak turunannya.

Anak-anak PKI atau yang dituduh komunis, mengalami diskriminasi yang berlapis pada masa orde daripadanya Suharto. Sebagian dari ada yang menjadi yatim, piatu atau bahkan yatim piatu karena ayahnya menjadi korban pembantaian massal.

Selain itu, mereka juga harus menjalani screening atau penelitian khusus (litsus) saat ingin mendapatkan pekerjaan terutama yang berkaitan dengan negara. Mereka hidup serba terbatas dan sebagian mendapatkan pengucilan dari masyarakat.

Soal benar atau tidak PKI sebagai dalang, sampai sekarang masih kabur. Pasalnya, kalau merujuk kepada historiografi pasca Orde Baru, ada gelombang penelitian yang cukup massif baik dari kalangan sejarawan maupun korban untuk menghadirkan narasi sejarah alternatif.

Para peneliti maupun sejarawan, misalnya, mulai menghadirkan dokumen-dokumen penting yang selama Orde Baru 'haram' ditampilkan. Kalau dalam konteks pemikiran Paulo Freire, ada sebuah gerakan pembebasan pengetahuan, dalam historiografi pasca Suharto.

Hasil penelusuran tersebut kemudian memunculkan beragam versi tentang G30S, mulai dari keterlibatan CIA, kudeta merangkak Soeharto, konflik internal Angkatan Darat, hingga ekses dari perang dingin yang memanfaatkan kubu-kubu politik yang sedang bertikai.

Versi-versi alternatif itu memberikan gambaran yang lebih komprehensif untuk memahami G30S dari segala sisi. Soal benar atau tidak, sejarah lagi-lagi tidak dalam kapasitas sebagai hakim masa lalu. Semua versi memiliki nilai kebenarannya masing-masing. Yang jelas tidak ada kebenaran mutlak dalam sejarah.

Jean Francois Lyotard, seorang pemikir dari tradisi Postmodernisme, yakin betul bahwa narasi besar atau metanarasi sejarah perlu diabaikan, karena menurutnya narasi besar hanya sebuah akal-akalan yang cenderung mengungkapkan hasil akhir berupa politik otoritarian.

Peristiwa G30S PKI menjadi momen kelam dalam sejarah Indonesia. Bertahun-tahun usai peristiwa berdarah itu, muncul enam teori dalang peristiwa G30S PKI.

Gerakan 30 September PKI terjadi pada 30 September 1965 di Jakarta. Sebanyak tujuh perwira TNI Angkatan Darat (AD) diculik dan dikubur pada lubang yang kini dikenal sebagai lubang buaya di wilayah Jakarta Timur. Partai Komunis Indonesia diyakini sebagai pelaku.

Hampir 60 tahun usai tragedi itu, muncul enam teori mengenai dalang sesungguhnya dari peristiwa G30S PKI. Selain PKI, organisasi intelijen Amerika hingga Presiden Indonesia diduga menjadi dalang dari tragedi tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada enam teori dalang peristiwa G30S PKI, yang dikutip dari Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas XII (2020) oleh Anik Sulistyowati dan Buku Siswa Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII karya Abdurakhman dan Arif Pradono, yang bersumber dari tulisan-tulisan dalam Jurnal Sejarah Volume 9: Memandang Tragedi Nasional 1965 secara Jernih dan buku Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto.

Siapa saja mereka? Simak penjelasannya di bawah ini.

Letnan Kolonel Untung Syamsuri

Tak hanya PKI, G30S rupanya juga didalangi oleh pasukan di internal pemerintahan Presiden Soekarno yang diam-diam membelot, yaitu Letnan Kolonel Untung Syamsuri.

Saat itu, Untung Syamsuri adalah Komandan Batalyon KK I Cakrabirawa yang merupakan pasukan pengawal Presiden Soekarno.

Ia diduga menjadi penggerak pasukan Cakrabirawa untuk melakukan penculikan sejumlah anggota TNI AD dari kediaman mereka masing-masing. Kemudian, para anggota TNI AD tersebut dibawa ke sebuah markas untuk dibunuh.

Eksekusi pembunuhan para anggota TNI AD dilakukan di sebuah markas di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur. Lalu, mayatnya dibuang ke sebuah sumur tua di markas tersebut yang kemudian dikenal sebagai Lubang Buaya.

Setelah G30S PKI, Untung Syamsuri melarikan diri dan menghilang. Beberapa waktu kemudian, dia ditangkap di daerah Brebes, Jawa Tengah dan dieksekusi mati pada 1966.

G30S PKI menyasar sejumlah petinggi TNI AD, kecuali Kapten Pierre Andreas Tendean yang kala itu menjadi korban salah tangkap ketika pasukan Cakrabirawa hendak menculik Jenderal TNI A.H Nasution.

Sementara A.H Nasution lolos dari penculikan dan tetap hidup usai G30S PKI. Berikut daftar korban G30S PKI.

Itulah penjelasan mengenai dalang dari gerakan G30S PKI. Semoga bermanfaat.

Sonora.ID - Peristiwa sejarah G30S PKI masih menyisakan kisahnya tersendiri di mata penduduk hingga saat ini.

Menjelang 30 September, banyak penduduk Indonesia yang mengulas ulang peristiwa G30S PKI yang menjadi sejarah kelam bagi Indonesia.

Pada pemberontakan tersebut, ada  6 jenderal TNI AD serta 1 perwira TNI AD tewas, setelah sebelumnya diculik.

Siapa sebenarnya dalang di balik perisitiwa tersebut? Banyak yang menduga Presiden Soeharto orangnya. Namun hingga kini fakta sebenarnya masih menjadi rahasia yang tak diketahui.

Sebelum mengetahui lebih lanjut teori G30S PKI, ada baiknya kita mengulas balik sejarah G30S PKI.

Baca Juga: Kisah Sukitman, Polisi Penemu dan Saksi Mata Pembantaian di Lubang Buaya

Sekelompok personel militer Indonesia yang menangkap dan membunuh enam jenderal pada tahun 1965, menandai dimulainya kudeta yang gagal yang menyebabkan jatuhnya kekuasaanSoekarno , presiden pertama Indonesia.

Sore hari tanggal 30 September 1965, sekelompok komplotan tentara yang menamakan dirinya Gerakan 30 September berkumpul di Jakarta dengan tujuan menculik dan membunuh tujuh jenderal angkatan darat pada dini hari keesokan harinya.

Menjelang fajar pada 1 Oktober, enam jenderal tewas; ketujuh, Abdul Nasution, berhasil lolos. Kemudian pagi itu G-30-S mengumumkan bahwa mereka telah merebut kekuasaan untuk mencegah kudeta terhadap presiden oleh dewan jenderal.

Sementara itu, JenderalSuharto , panglima cadangan strategis tentara, mulai mengumpulkan tampuk kekuasaan ke tangannya sendiri. Menjelang malam dia telah mengambil inisiatif dari para konspirator.

Sejak saat itu, segala hal tentang PKI mulai dilenyapkan. Soeharto diangkat menjadi Presiden pada Maret 1967, sementara Soekarno meninggal dunia 21 Juni 1970.

Teori Dibalik G30S PKI

1. Dalang G30S adalah PKI

Dalam teori ini, G30S disebut didalangi oleh tokoh-tokoh PKI dengan cara memperalat unsur-unsur tentara.

Teori ini didasarkan dari serangkai kejadian dan aksi yang telah dilakukan oleh PKI di tahun 1959-1965.

Selain itu, terjadinya beberapa perlawanan bersenjata setelah peristiwa G30S yang dilakukan oleh kelompok yang menamakan diri sebagai CC PKI terjadi di Blitar Selatan, Grobogan, dan Klaten pun menjadi penguat dugaan.

Baca Juga: Ringkasan Film G30S PKI, Apa yang Ditampilkan dan Deskripsi Film

2. Dibalik G30S PKI adalah Soeharto

Dalam buku yang berjudul Indonesian Tragedy, Brian May mengemukakan bahwa terdapat hubungan dekat antara Letkol Untung sebagai pemimpin G30S dengan Mayjen Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad.

Apalagi setelah PKI hancur, Soekarno pun memberikan mandat kekuasaannya kepada Soeharto melalui Supersemar.

3. Dalang G30S PKI adalah Soekarno

Teori G30S ini dikemukakan oleh Anthony Dake dan John Hughes yang bermula pada asumsi bahwa Soekarno ingin melenyapkan kekuatan opsi yang berasal dari sebagian perwira tinggi AD terhadap dirinya. PKI pun terseret karena partai ini dekat dengan Soekarno.

Teori ini berdasarkan pada kesaksian seorang pilot asal India, Shri Biju Patnaik. Ia mengatakan bahwa pada 30 September 1965 tengah malam, Soekarno memintanya untuk meninggalkan Jakarta sebelum subuh seakan tahu bahwa akan ada ‘peristiwa besar’ besok.

Namun, teori ini dilemahkan dengan tindakan Soekarno yang menolak mendukung G30S dan mengutuk gerakan ini dalam sidang Kabinet Dwikora di Bogor pada 6 Oktober 1965.

4. CIA Diduga Terlibat G30S PKI

Teori G30S PKI ini bersumber dari tulisan Peter Dale Scott atau Geoffrey Robinson. Gencarnya PKI menanamkan pengaruh di negara kita pada masa itu membuat AS khawatir Indonesia akan jatuh ke tangan komunis.

Hal itulah yang kemudian mendorong CIA melakukan kerja sama dengan suatu kelompok dalam tubuh AD untuk meprovokasi PKI melakukan gerakan kudeta dan setelah itu berbalik menyerang partai komunis.

Tujuan akhir dari skenario yang telah disusun oleh CIA ini yaitu untuk menjatuhkan kekuasaan Soekarno. Ini adalah salah satu teori konspirasi Gerakan 30 September yang paling mengejutkan.

Baca Juga: Tiba Sore Ini, Jenazah Eril Tak Langsung Dibawa ke Bandung, Anak Ridwan Kamil Bakal Disemayamkan di Sini

5. Persoalan internal Angkatan Darat (AD)

Teori ini dikemukakan oleh Ben Anderson, WF Wertheim, dan Coen Hotsapel yang menyatakan bahwa adanya persoalan internal di Angkatan Darat menyebabkan terjadinya peristiwa G30S.

Dugaan ini didukung oleh pernyataan pemimpin Gerakan, yaitu Letnal Kolonel Untung. Ia menyatakan bahwa para pemimpin AD hidup bermewah-mewahan dan memperkaya diri sehingga terjadilah pencemaran nama baik Angkatan Darat.

Namun, pendapat tersebut bertentangan dengan kenyataan. Sebab, Panglima Angkatan Bersenjata, Jenderal Nasution, justru menjalani hidup dengan sederhana.

6. Kepentingan Inggris-AS

Greg Paulgrain mengemukakan teori bahwa dibalik Gerakan 30 September 1965 ada kepentingan Inggris-AS. Menurutnya, Inggris ingin mengakhiri sikap konfrontatif Soekarno terhadap Malaysia.

Sementara AS, ingin menggulingkan sang Proklamator agar Indonesia bebas dari komunisme dan menjauh dari negara-negara penganut ideologi tersebut.

Teori dibalik G30S PKI yang terakhir disebut dengan Chaos Theory. Sebab menurut teori ini tidak ada pemeran tunggal atau satu pihak yang memainkannya.

Jhon D Legge, sang penggagas teori ini menyatakan bahwa dalam peristiwa G30S tidak ada pemeran tunggal dan skenario besar. Seperti yang disebutkan oleh Soekarno, tragedi ini disebabkan oleh unsur-unsur Nekolim (Negara Barat), pimpinan PKI yang keblinger serta oknum-oknum ABRI yang tidak benar.

Demikian adalah teori di balik peristiwa sejarah kelam di Indonesia G30S PKI yang masih menyisakan luka hingga saat ini.

15 Desember 2024 22:35 WIB

15 Desember 2024 22:33 WIB

15 Desember 2024 21:23 WIB

15 Desember 2024 21:00 WIB

Gerakan 30 September 1965 atau G30S PKI memiliki lima orang tokoh sentral. Tiga di antaranya dari perwira militer dan dua yang lain berasal dari kalangan Biro Khusus PKI.

Ketiga perwira militer tersebut adalah Letnan Kolonel Untung, Letnan Kolonel Abdul Latief, dan Mayor Udara Soejono. Sementara, dua orang dari kalangan Biro Khusus PKI adalah Sjam Kamaruzzaman dan Pono.

Mengutip penjelasan Buku Siswa Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII karya Abdurakhman dan Arif Pradono yang bersumber dari tulisan-tulisan dalam Jurnal Sejarah Volume 9: Memandang Tragedi Nasional 1965 secara Jernih dan buku Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto, berbagai sejarawan mengungkapkan teori terkait G30S PKI, utamanya mengenai siapakah dalang di balik peristiwa tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu teori yang mengemuka adalah Gerakan 30 September 1965 didalangi oleh PKI. Pencetus teori bahwa PKI merupakan dalang di balik G30S adalah Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh. Bagaimana penjelasan teori tersebut serta teori yang lainnya?

G30S PKI adalah singkatan dari Gerakan 30 September yang diduga dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Namun, siapa dalang dari gerakan G30S PKI?

Berikut beberapa tokoh yang diduga menjadi dalang dari pemberontakan di masa pemerintahan presiden pertama Indonesia Soekarno itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun sebelumnya, simak dulu penjelasan mengenai G30S PKI di bawah ini yang dihimpun dari berbagai sumber.

G30S PKI adalah pemberontakan yang diduga dilakukan oleh PKI dengan tujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno.

Kala itu, PKI yang memiliki ideologi komunisme ingin mengubah ideologi bangsa Indonesia dari nasionalisme menjadi sesuai yang mereka yakini.

Selain itu, PKI khawatir dengan kesehatan Presiden Soekarno yang kala itu dikabarkan tengah menurun sehingga usianya tidak lama lagi dan akan menimbulkan peralihan kekuasaan.

Di sisi lain, PKI juga tidak harmonis dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) karena berseberangan politik. Maka dari itu, gerakan PKI itu mengincar beberapa anggota TNI Angkatan Darat.

G30S adalah konflik internal angkatan darat

Benedict Anderson dan Ruth McVey berpendapat, G30S adalah puncak konflik internal dalam tubuh angkatan darat Indonesia. Gerakan ini dinilai sebagai pemberontakan para perwira muda angkatan darat di Jawa Tengah yang muak atas gaya hidup dan orientasi politik pro-Barat para jenderal di Jakarta.

Para perwira muda itu memandang staf umum di bawah Ahmad Yani terlibat korupsi dan mengabaikan bekas anak buah mereka. Ahmad Yani dan sejumlah jenderal lain merupakan mantan perwira Kodam Diponegoro Jawa Tengah.

Di samping itu, terdapat alasan juga bahwa para jenderal terus menentang dan menghalangi kebijakan Sukarno.

Selain Benedict Anderson dan Ruth McVey, Harold Crouch pun mengatakan, jelang 1965 angkatan darat terpecah jadi dua faksi. Kedua faksi ini sama-sama anti-PKI, tapi punya beda sikap soal menghadapi Presiden Sukarno.

Faksi pertama dipimpin Ahmad Yani dan loyal terhadap Sukarno, tetapi menentang kebijakan persatuan nasional dengan PKI di dalamnya. Faksi kedua adalah penentang kebijakan Ahmad Yani dan Sukarnoisme, di dalamnya terdapat A.H. Nasution dan Mayor Jenderal Soeharto.

Ada keterlibatan antara CIA dan dinas rahasia asing lain dalam G30S

Penggagas teori ini adalah Peter Dale Scott dan Geoffrey Robinson. Teori mereka mengungkapkan kekhawatiran Amerika Serikat atas kemungkinan jatuhnya Indonesia ke dalam kekuasaan komunis.

Waktu itu, PKI berkembang pesat. Sementara, CIA disebut membantu angkatan darat dan memberi dana untuk menghancurkan PKI serta menjatuhkan Presiden Sukarno.

PKI sebagai dalang G30S

Seperti disebutkan sebelumnya, teori ini dikemukakan oleh Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, sebagaimana disampaikan melalui buku mereka yang bertajuk Tragedi Nasional: Percobaan Kup G 30 S/PKI di Indonesia (1968). Menurut teori tersebut, para tokoh PKI bertanggung jawab dalam mengatur peristiwa G30S.

Partai Komunis Indonesia dipandang memanfaatkan unsur-unsur tentara guna melancarkan kudeta. Beragam aktivitas dan aksi PKI pada 1956 sampai 1965 juga menjadi dasar atas teori ini.

Nugroho pernah menjabat Kepala Pusat Sejarah Militer ABRI, dengan pangkat tituler brigadir jenderal. Ia juga pernah dipercaya Soeharto menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 1983-1985.

Saat menjadi menteri, Nugroho memasukkan mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) dalam kurikulum 1984.

PKI Bukan Pelaku Tunggal

John D. Legge, profesor dari Monash University, menjelaskan bahwa peristiwa G30S PKI tidak dimainkan oleh PKI saja. Ia berpendapat jika ada oknum-oknum lain yang membantu mereka.

Ahli yang mengungkapkan teori ini di antaranyaAnthonie C.Dake dan John Hughes. Berdasarkan teori ini, G30S adalah skenario yang dirancang Sukarno untuk melenyapkan kekuatan pihak oposisi yang sebagian besar adalah golongan angkatan darat. Selain itu, Sukarno dinilai memanfaatkan hubungan baiknya denganPKI untuk mencapai tujuan tersebut.

Ahli bernama Brian May berpendapat ada kedekatan hubungan antara Letnan Kolonel Untung dan Letnan Kolonel Abdul Latief dengan Mayor Jenderal Soeharto. Berdasarkan keterangan Latief dalam persidangan tahun 1968, dia menemui Soeharto pada malam 30 September 1965.

Dalam kesaksiannya, dia menyatakan memberi tahu Soeharto soal adanya sejumlah perwira yang akan mengambil tindakan terhadap Dewan Jenderal. Selain, teori ini mengungkapkan keganjilan mengenai Soeharto yang tidak termasuk ke dalam daftar jenderal yang hendak diculik.

Demikian enam teori dalang G30S PKI. Semoga menambah wawasan, ya!

Suara.com - Menjelang akhir bulan September, publik tanah air senantiasa diingatkan terkait tragedi berdarah berkode G30S/PKI. Mengenai peristiwa yang menewaskan sejumlah jenderal tersebut hingga kini urung diketahui siapa dalang di balik tragedi tersebut.

Geger politik G30S/PKI yang berujung pada peristiwa penculikan dan pembunuhan Dewan Jenderal hingga nyaris 60 tahun masih menyisakan misteri terutama perihal dalang peristiwanya.

Kontroversi mengenai sosok yang menjadi otak pemberontakan tersebut hingga saat ini masih saja jadi perbincangan. Diskusi hingga beragam teori terkait siapa yang bertanggung jawab pun masih terus bergulir.

Bila merangkum dari berbagai sumber terdapat dugaan sejumlah pihak yang diduga merupakan dalang dari peristiwa G30S/PKI.

Baca Juga: Silsilah Keluarga Fico Fahriza, Punya Hubungan Darah dengan Tokoh PKI D. N. Aidit

Masa-masa menjelang meledaknya peristiwa G30S/PKI, Presiden Soekarno terlihat mesra dengan PKI.

Kebijakan politiknya pun tampak cenderung ke kiri seperti ide tentang Nasakom, pembentukan Dewan Penasehat Nasakom hingga gagasan Angkatan ke V yang mempersenjatai buruh serta petani sebagai tulang punggung PKI.

Kecenderungan itupun sempat membuat militer dalam hal ini Angkatan Darat cemburu.

Hingga kemudian meletuslah peristiwa penculikan para jenderal pada 30 September 1965.

Baca Juga: 7 Teori Konspirasi G30S PKI, Keterlibatan Soeharto Hingga Campur Tangan CIA

Sejumlah sumber buku menyebut adanya keterlibatan pengaruh Soekarno dalam peristiwa berdarah tersebut.

Beberapa buku tersebut diantaranya The Sukarno File 1965-1967: Chronology of Defeat terbitan 2006 karya Antonie C.A Dake, lalu ada buku bertajuk Pembantaian yang Ditutup-tutupi Peristiwa Fatal di Sekitar Kejatuhan Bung Karno karya Lambert Giebels.

Sejumlah buku itu menuding dalang dari peristiwa G30S/PKI adalah Soekarno. Apalagi ketika peristiwa tersebut terjadi, Bung Karno tak mau mengutuk PKI yang kemudian diartikan ia mendukung kudeta tersebut.

Nama Soeharto mencuat setelah muncul kecurigaan ia yang notabene juga berpangkat jenderal tetapi tak menjadi salah satu sasaran penculikan pada peristiwa G30S/PKI.

Sosok yang kala itu merupakan petinggi Kostrad kemudian disebut terlibat dalam konspirasi peristiwa G30S/PKI.

Salah satu dugaan tersebut muncul dalam tulisan Soebandrio lewat jurnalnya bertajuk Kesaksianku tentang G30S.

Di dalam jurnal tersebut, Soebandrio menduga ada pertemuan rahasia antara Soeharto dengan Latief dan Letkol Untung selaku pemimpin aksi penculikan para Dewan Jenderal di malam 30 September 1965.

Soebandrio menyebut bahwa Latief sempat mengungkapkan rencana kudeta Presiden Soekarno, tetapi Soeharto terkesan membiarkannya.

Di sisi lain, Soeharto juga disebut tak memberitahukan informasi terkait kudeta tersebut kepada pemimpinnya Jenderal AH Nasution yang belakangan turut jadi korban dalam peristiwa G30S/PKI.

Dugaan dalang berikutnya yang selama ini diketahui yakni PKI dalam hal ini DN Aidit sebagai pimpinan partai tersebut.

DN Aidit disebut pernah mengemukakan soal rencana mengkudeta Dewan Jenderal dalam sidang Polit Biro CC PKI yang digelar pada Agustus 1965.

Tujuan mengeliminasi Dewan Jendral utamanya adalah untuk melanggengkan paham komunis di Indonesia.

Hal itu seperti disebutkan dalam buku karya Nugroho Notosusanto dan Ismael Saleh bertajuk Tragedi Nasional Percobaan Kup G30S/PKI di Indonesia terbitan 1968.

4. Konflik di Tubuh Angkatan Darat

Dalam teori lainnya, dalang peristiwa G30S/PKI tak lain bermula dari adanya konflik kuasa di internal Angkatan Darat.

Menurut Harold Crouch dalam bukunya bertajuk Army and Politics in Indonesia menyebut suasana di tubuh Angkatan Darat sangat tak kondusif menjelang tahun 1965.

Matra militer terkuat di Indonesia kala itu mengalami perpecahan di internal dengan munculnya dua faksi yang sama-sama berseberangan dengan kebijakan politik Presiden Soekarno.

Dari sejumlah teori yang dimuat di lipi.go.id, disebutkan terdapat sejumlah perwira Angkatan Darat yang bersekongkol dengan anggota Biro Khusus PKI untuk menculik beberapa perwira tinggi yang diduga masuk dalam bagian Dewan Jenderal.

Dalam perkembangan selanjutnya, muncul teori yang menyebut bahwa dalang di balik peristiwa G30S/PKI adanya campur tangan dari agen rahasia milik Amerika Serikat yakni CIA.

Pada era 1960-an, dunia tengah dipengaruhi oleh dua ideologi besar yakni komunis dan demokrasi.

Gelombang itu kemudian turut memengaruhi konstelasi politik di Indonesia.

Disebutkan bahwa campur tangan CIA di Indonesia tak lain untuk menjaga ideologi politik yang dianut Amerika dan negara sekutu yang letaknya tak jauh dari Indonesia.

Sukarno sebagai dalang G30S

Ahli yang mengungkapkan teori ini di antaranya Anthonie C. Dake dan John Hughes. Berdasarkan teori ini, G30S adalah skenario yang dirancang Sukarno untuk melenyapkan kekuatan pihak oposisi yang sebagian besar adalah golongan angkatan darat. Selain itu, Sukarno dinilai memanfaatkan hubungan baiknya dengan PKI guna mencapai tujuan tersebut.